BAB V
Manajemen
dan Organisasi
Kata Manajemen berasal
dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan
diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai
sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir,
dan sesuai dengan jadwal. Secara etimologi Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang
berarti "mengendalikan," terutamanya "mengendalikan kuda"
yang berasal dari bahasa latin manus yang berati "tangan".
Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti
"kepemilikan kuda" (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti
seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa
Italia. Bahasa Prancis
lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang
memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
·
Latar belakang sejarah manajemen
Praktik-praktik manajemen lainnya dapat
disaksikan selama tahun 1400-an di kota Venesia, Italia, yang ketika itu menjadi pusat perekonomian dan
perdagangan di sana. Penduduk Venesia mengembangkan bentuk awal perusahaan
bisnis dan melakukan banyak kegiatan yang lazim terjadi di organisasi modern
saat ini. Sebagai contoh, di gudang senjata Venesia, kapal perang diluncurkan
sepanjang kanal dan pada tiap-tiap perhentian, bahan baku dan tali layar
ditambahkan ke kapal tersebut. Hal ini mirip dengan model lini perakitan (assembly
line) yang dikembangkan oleh Hanry Ford untuk merakit mobil-mobilnya. Selain
lini perakitan tersebut, orang Venesia memiliki sistem penyimpanan dan
pergudangan untuk memantau isinya, manajemen sumber daya manusia untuk
mengelola angkatan kerja, dan sistem akuntansi untuk melacak pendapatan dan
biaya. Daniel
Wren membagi evolusi pemikiran manajemen dalam empat fase, yaitu pemikiran
awal, era manajemen sains, era manusia sosial, dan era modern
Pemikiran awal manajemen
Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam
ilmu manajemen. Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776,
ketika Adam Smith menerbitkan sebuah doktrin ekonomi
klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia mengemukakan
keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari pembagian kerja (division
of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-tugas yang spesifik dan
berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti sebagai contoh, Smith
mengatakan bahwa dengan sepuluh orang—masing-masing melakukan pekerjaan
khusus—perusahaan peniti dapat menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti dalam
sehari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri menyelesaikan tiap-tiap
bagian pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu menghasilkan sepuluh
peniti sehari. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja dapat meningkatkan
produktivitas dengan (1) meningkatnya keterampilan dan kecekatan tiap-tiap pekerja,
(2) menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian tugas, dan (3) menciptakan
mesin dan penemuan lain yang dapat menghemat tenaga kerja. Peristiwa penting
kedua yang memengaruhi perkembangan ilmu manajemen adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya
penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya
kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut pabrik.
Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori yang
dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya persediaan
bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan sehari-hari,
dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para ahli.
Era manajemen ilmiah
Era ini ditandai dengan berkembangan
perkembangan ilmu manajemen dari kalangan insinyur—seperti Henry
Towne, Frederick Winslow
Taylor, Frederick
A. Halsey, dan Harrington
Emerson[9] Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa
Inggris disebut scientific management, dipopulerkan oleh Frederick Winslow
Taylor dalam bukunya yang berjudul Principles of Scientific Management pada
tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan
manajemen ilmiah adalah "penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara
terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan." Beberapa penulis seperti
Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori
manajemen modern. Henry Gantt yang pernah bekerja bersama Taylor
di Midvale Steel Company menggagas ide bahwa seharusnya seorang mampu mandor
memberi pendidikan kepada karyawannya untuk bersifat rajin (industrious
) dan kooperatif. Ia juga mendesain sebuah grafik untuk membantu manajemen yang
disebut sebagai Gantt
chart yang digunakan untuk merancang dan mengontrol pekerjaan. Manajemen
ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank
dan Lillian Gilbreth.
Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan micromotion yang dapat mencatat
setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan
untuk melakukan setiap gerakan tersebut. Era ini juga ditandai dengan hadirnya
teori administratif, yaitu teori mengenai apa yang dilakukan oleh para manajer
dan bagaimana cara membentuk praktik manajemen yang baik. Pada awal abad ke-20,
seorang industriawan Perancis bernama Henry Fayol mengajukan gagasan lima fungsi
utama manajemen: merancang, mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan
mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai digunakan sebagai kerangka
kerja buku ajar ilmu manajemen pada pertengahan tahun 1950,
dan terus berlangsung hingga sekarang. Selain itu, Henry Fayol juga mengagas 14 prinsip manajemen yang merupakan dasar-dasar
dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.
Sumbangan penting lainnya datang dari ahli sosilogi Jerman Max Weber. Weber
menggambarkan suatu tipe ideal organisasi yang disebut sebagai birokrasi—bentuk
organisasi yang dicirikan oleh pembagian kerja, hierarki yang didefinisikan
dengan jelas, peraturan dan ketetapan yang rinci, dan sejumlah hubungan yang
impersonal. Namun, Weber menyadari bahwa bentuk "birokrasi yang
ideal" itu tidak ada dalam realita. Dia menggambarkan tipe organisasi
tersebut dengan maksud menjadikannya sebagai landasan untuk berteori tentang
bagaimana pekerjaan dapat dilakukan dalam kelompok besar. Teorinya tersebut
menjadi contoh desain struktural bagi banyak organisasi besar sekarang ini. Perkembangan
selanjutnya terjadi pada tahun 1940-an ketika Patrick
Blackett melahirkan ilmu riset operasi, yang merupakan kombinasi dari
teori statistika dengan teori mikroekonomi. Riset operasi, sering dikenal
dengan "Sains Manajemen", mencoba pendekatan sains untuk
menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi. Pada tahun 1946,
Peter F. Drucker—sering disebut sebagai Bapak
Ilmu Manajemen—menerbitkan salah satu buku paling awal tentang manajemen
terapan: "Konsep Korporasi" (Concept of the Corporation). Buku
ini muncul atas ide Alfred
Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian
tentang organisasi.
Era manusia sosial
Era manusia sosial ditandai dengan lahirnya
mahzab perilaku (behavioral school) dalam pemikiran manajemen di akhir
era manajemen ilmiah. Mahzab perilaku tidak mendapatkan pengakuan luas sampai
tahun 1930-an. Katalis utama dari kelahiran mahzab perilaku adalah serangkaian
studi penelitian yang dikenal sebagai eksperimen
Hawthrone.
Eksperimen Hawthrone dilakukan pada tahun
1920-an hingga 1930-an di Pabrik Hawthrone milik Western Electric Company Works di Cicero,
Illenois. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai macam
tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Hasil kajian
mengindikasikan bahwa ternyata insentif seperti jabatan, lama jam kerja,
periode istirahat, maupun upah lebih sedikit pengaruhnya terhadap output
pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok, penerimaan kelompok, serta rasa
aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma sosial atau
standar kelompok merupakan penentu utama perilaku kerja individu.
Kontribusi lainnya datang dari Mary Parker Follet.
Follett (1868–1933) yang mendapatkan pendidikan di bidang filosofi dan ilmu
politik menjadi terkenal setelah menerbitkan buku berjudul Creative
Experience pada tahun 1924. Follet mengajukan suatu filosifi bisnis yang
mengutamakan integrasi sebagai cara untuk mengurangi konflik tanpa kompromi
atau dominasi. Follet juga percaya bahwa tugas
seorang pemimpin adalah untuk menentukan tujuan organisasi dan
mengintegrasikannya dengan tujuan individu dan tujuan kelompok. Dengan kata
lain, ia berpikir bahwa organisasi harus didasarkan pada etika kelompok
daripada individualisme. Dengan demikian, manajer dan karyawan seharusnya
memandang diri mereka sebagai mitra, bukan lawan.
Pada tahun 1938, Chester Barnard (1886–1961)
menulis buku berjudul The Functions of the Executive yang menggambarkan
sebuah teori organisasi dalam rangka untuk merangsang orang lain memeriksa
sifat sistem koperasi. Melihat perbedaan antara motif pribadi dan organisasi,
Barnard menjelaskan dikotonomi "efektif-efisien".
Menurut Barnard, efektivitas berkaitan dengan
pencapaian tujuan, dan efisiensi adalah sejauh mana motif-motif individu dapat
terpuaskan. Dia memandang organisasi formal sebagai sistem terpadu di mana
kerjasama, tujuan bersama, dan komunikasi merupakan elemen universal, sementara
pada organisasi informal, komunikasi, kekompakan, dan pemeliharaan perasaan
harga diri lebih diutamakan. Barnard juga mengembangkan teori "penerimaan
otoritas" didasarkan pada gagasan bahwa bos hanya memiliki kewenangan jika
bawahan menerima otoritas itu.
Era moderen
Era moderen ditandai dengan hadirnya konsep manajemen kualitas
total (total quality management—TQM) di abad ke-20 yang
diperkenalkan oleh beberapa guru manajemen, yang paling terkenal di antaranya
W. Edwards Deming (1900–1993) and Joseph Juran (lahir 1904).
Deming, orang Amerika, dianggap sebagai Bapak Kontrol
Kualitas di Jepang. Deming berpendapat bahwa kebanyakan permasalahan
dalam kualitas bukan berasal dari kesalahan pekerja, melainkan sistemnya. Ia
menekankan pentingnya meningatkan kualitas dengan mengajukan teori lima langkah
reaksi berantai. Ia berpendapat bila kualitas dapat ditingkatkan, (1) biaya
akan berkurang karena berkurangnya biaya perbaikan, sedikitnya kesalahan,
minimnya penundaan, dan pemanfaatan yang lebih baik atas waktu dan material;
(2) produktivitas meningkat; (3) market share meningkat karena peningkatan
kualitas dan harga; (4) profitabilitas perusahaan peningkat sehingga dapat
bertahan dalam bisnis; (5) jumlah pekerjaan meningkat. Deming mengembangkan 14
poin rencana untuk meringkas pengajarannya tentang peningkatan kualitas.
Kontribusi kedua datang dari Joseph Juran. Ia
menyatakan bahwa 80 persen cacat disebabkan karena faktor-faktor yang
sebenarnya dapat dikontrol oleh manajemen. Ia merujuk pada "prinsip pareto." Dari teorinya, ia
mengembangkan trilogi manajemen yang memasukkan perencanaan, kontrol, dan
peningkatan kualitas. Juran mengusulkan manajemen untuk memilih satu area yang
mengalami kontrol kualitas yang buruk. Area tersebut kemudian dianalisis,
kemudian dibuat solusi, dan diimplementasikan.
Fungsi manajemen
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar
yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan
acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen
pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry
Fayol pada awal abad ke-20 Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi
manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan
mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi
tiga yaitu:
1. Perencanaan
(planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan
dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan
perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu.
Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan
kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk
memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua
fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat
berjalan.
2. Pengorganisasian
(organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu
kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian
mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.
Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus
dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut
dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan
mana keputusan harus diambil.
3. Pengarahan
(directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar
semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha
4. Coordinating (Pengkoordinasian)
Agar terdapat komunikasi atau kesesuaian
dari berbagai kepentingan dan
perbedaan
kegiataan sehingga tercapai tujuan organisasi
5. Controlling (Pengawasan)
Perbaikkan-perbaikkan yang perlu dilakukan
jika terjadi penyimpangan
penyimpangan pelaksanaan dari perencanaan
CIRI-CIRI MANAJER PROFESIONAL
dan KETRAMPILAN MANAJEMEN YANG DIBUTUHKAN
Berkaitan dengan Hubungan antar
Pribadi
a. Pemimpin Lambang
(Figurehead)
Kepala Simbolis ; diperlukan untuk menjalankan
sejumlah
kewajiban rutin yang bersifat legal dan
sosial
b. Pemimpin (Leader)
Bertanggung jawab untuk memotivasi dan mengaktifkan
bawahan,
bertanggung jawab untuk mengisi posisi yang
kosong (staffing),
melatih dan tugas-tugas yang terkait.
c. Penghubung (Liaison)
Memelihara suatu jaringan kontak luar yang berkembang
sendiri
yang memberikan dukungan dan informasi
Berkaitan dengan Informasi
a. Pemantau (Monitor)
Sebagai pusat saraf informasi internal
dan eksternal tentang
dan informasi
b. Penyebar (Dissiminator)
Meneruskan informasi yang diterima dari
orang luar atau dari
bawahan kepada anggota organisasi
c. Jurubicara (Spokesperson)
Meneruskan informasi kepada orang luar
mengenai rencana,
kebijakan, tindakan dan hasil organisasi
Berkaitan
dengan Pengambilan Keputusan
a. Wirausaha (Entrepreneur)
Mencari kesempatan dalam organisasi dan lingkungannya
serta
memprakarsai “proyek-proyek perbaikkan”
untuk menimbulkan
perubahan
b. Pengendali Gangguan (Disturbance Handler)
Bertanggung jawab atas tindakan korektif
bila organisasi
menghadapi gangguan mendadak dan penting
c.
Pengalokasi Sumber Daya (Resource Allocator)
Bertanggung jawab terhadap alokasi segala
sumber daya
organisasi
d. Perunding (Negotiator)
Mewakili organisasi pada
perundingan-perundingan utama.
ORGANISASI
DEFINISI
ORGANISASI
Menurut Boone dan Katz
organisasi adalah :
Suatu proses tersusun yang
orang-orangnya berinteraksi untuk mencapai tujuan
dari definisi dapat disimpulkan
bahwa organisasi mencakup 3 elemen pokok :
a. Interaksi manusia
b. Kegiatan yang mengarah pada
tujuan
c. Struktur organisasi itu
sendiri
PENTINGNYA MENGENAL ORGANISASI
Kita selalu berkaitan dengan
organisasi, tim olah raga dan organisasi sosial,kelompok keagaamaan, bahkan
kelompok binatang pun ada, seperti lebah,semut, rayap.
Perusahaan kecil, fungsi
pengorganisasian sederhana, misal : toko
kelontong, manajer-pemilik toko
mempekerjakan beberapa orang ; melayani pembeli, membersihkan, mengatur barang,
serta menjaga toko.
Dalam berorganisasi setiap individu dapat berinteraksi dengan semua struktur yang terkait baik itu secara langsung
maupun secara tidak langsung kepada organisasi yang mereka pilih. Agar dapat
berinteraksi secara efektif setiap individu bisa berpartisipasi pada organisasi
yang bersangkutan Dengan berpartisipasi setiap individu dapat lebih mengetahui
hal-hal apa saja yang harus dilakukan
Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.
Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.
Pada dasarnya partisipasi didefinisikan sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan.
Keterlibatan aktif dalam berpartisipasi, bukan hanya berarti keterlibatan jasmaniah semata. Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran, dan emosi atau perasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.
BENTUK-BENTUK ORGANISASI
Organisasi
Lini
Garis
wewenang yang menghubungkan langsung secara vertikal
antara
atasan dan bawahan
Ciri-cirinya :
- Jumlah karyawan sedikit
- Manajer dibawahnya hanya
sebagai pelaksana
- Sarana dan alatnya terbatas
- Hubungan atasan dan bawahan
bersifat langsung
- Bentuk lini pada perusahaan
perseorangan, pemilik
perusahaan
adalah top manager
Organisasi
Fungsional
Wewenang
dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada kepala bagian yang mempunyai jabatan
fungsional untuk dikerjakan para pelaksana yang mempunyai keahlian khusus
Ciri-cirinya :
- Organisasi kecil
- Terdapat kelompok kerja staf
ahli
- Spesialisasi dalam
pelaksanaan tugas
- Target yang hendak dicapai
jelas dan pasti
- Pengawasan ketat
Organisasi
Garis dan Staff
Pelimpahan
wewenang secara vertikal dari pimpinan ke kepala bagian
dibawahnya
serta masing-masing pejabat, manajer ditempatkan satu atau pejabat staff yang
tidak mempunyai wewenang memerintah tetapi hanya sebagai penasihat, misal :
kearsipan, keuangan, personel.
Ciri-cirinya :
- Hubungan atasan dan bawahan
tidak seluruhnyalangsung
- Karyawan banyak
- Organisasi besar
- Ada 2 kelompok kerja
organisasi sehingga ditekankan
adanya spesialisasi :
-Personel Lini
-Personel Staff
Organisasi
Fungsional dan Garis
Wewenang
dari pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada kepala bagian dibawahnya yang
mempunyai keahlian tertentu serta sebagian dilimpahkan kepada pejabat fungsional
yang koordinasinya tetap diserahkan kepada kepala bagian.
Ciri-cirinya :
- Tidak tampak pembedaan tugas
pokok dan bantuan
- Spesialisasi praktis pada
pejabat fungsional
- Pembagian kerja dan
pelimpahan wewenang tidak
membedakan
perbedaan tingkat eselon
Organisasi
Matrik
Disebut
juga sebagai Organisasi Manajemen Proyek
yaitu
penggunaan struktur organisasi menunjukkan di mana para spesialis yang punya
ketrampilan di masing-masing bagian dari kegiatan perusahaan dikumpulkan lagi
menjadi satu untuk mengerjakan proyek yang harus diselesaikan.
Organisasi
Komite
Tugas
kepemimpinan dan tugas tertentu dilaksanakan secara kolektif oleh kelompok
pejabat, yang berupa komite atau dewan atau board dengan plurastic manajemen.
Terdiri dari :
- Executive Committe (Pimpinan
Komite)
Anggotanya
mempunyai wewenang lini
- Staff Committe
Orang-orang yang hanya mempunyai wewenang
staf
Prisnisp-prinsip organisasi
Fayol
mengusulkan empat belas prinsip yang menurutnya dapat digunakan secara
universal dan dapat diajarkan di sekolah-sekolah dan universitas-universitas.
Banyak dari prinsip organisasi tersebut, meskipun kurang keuniversalannya,
diikuti secara luas oleh para manajer dewasa ini:
1.
Pembagian kerja, Prinsip ini sama dengan “pembagian kerja” Adam Smith.
Spesialisasi menambah hasil kerja dengan cara membuat para pekerja lebih
efisien.
2.
Wewenang, Manajer harus dapat member perintah. Wewenang memberikan hak ini kepadanya,. Tetapi wewenang
berjalan seiring dengan tanggung jawab. Jika wewenang digunakan, timbullah
tanggung jawab. Agar efektif, wewenang seorang manajer harus sama dengan tanggung
jawabnya.
3.
Disiplin, Para pegawai harus mentaati dan menghormati peraturan yang mengatur
organisasi. Disiplin yang baik merupakan hasil dari kepemimpinan yang efektif,
suatu saling pengertian yang jelas antara manajemen dan para pekerja tentang peraturan
organisasi serta penerapan hukuman yang adil bagi yang menyimpang dari
peraturan tersebut.
4.
Kesatuan komando,Setiap pegawai seharusnya menerima perintah hanya dari seorang
atasan.
5.
Kesatuan arah,Setiap kelompok aktivitas organisasi yang mempunyai tujuan sama
harus dipimpin oleh seorang manjer dengan menggunakan sebuah rencana.
6.
Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan individu. Kepentingan seorang
pegawai atau kelompok pegawai tidak boleh mendahulukan kepentingan organisasi
secara keseluruhan.
7.
Remunarasi,Para pekerja harus digaji sesuai dengan jasa yang mereka berikan.
8.
Sentralisasi,ini merujuk kepada sejauh mana para bawahan terlibat dalam
pengambilan keputusan. Apakah pengambilan keputusan itu disentralisasi (pada
manajemen) atau disentralisasi (pada para bawahan) adalah proporsi yang tepat.
Kuncinya terletak pada bagaimana menemukan tingkat sentralisasi yang optimal
untuk setiap situasi.
9. Rantai scalar,Garis wewenang dari manajemen puncak sampai ke tingkat yang paling rendah merupakan rantai scalar. Komunikasi harus mengikuti rantai ini. Tetapi, jika dengan mengikuti rantai tersebut malah tercipta kelambatan, komunikasi silang dapat diizinkan jika disetujui oleh semua pihak, sedangkan atasan harus diberitahu.
10. Tata tertib, Orang dan bahan harus ditempatkan pada tempat dari waktu yang tepat.
9. Rantai scalar,Garis wewenang dari manajemen puncak sampai ke tingkat yang paling rendah merupakan rantai scalar. Komunikasi harus mengikuti rantai ini. Tetapi, jika dengan mengikuti rantai tersebut malah tercipta kelambatan, komunikasi silang dapat diizinkan jika disetujui oleh semua pihak, sedangkan atasan harus diberitahu.
10. Tata tertib, Orang dan bahan harus ditempatkan pada tempat dari waktu yang tepat.
11. Keadilan, Para manajer harus selalu baik dan jujur terhadap
para bawahan.
12. Stabilitas masa kerja para pegawai, Perputaran (turnover)
pegawai yang tinggi adalah tidak efisien. Manajemen harus menyediakan
perencanaan personalia yang teratur dan memastikan bahwa untuk mengisi
kekosongan harus selalu adda pengganti
13. Inisiatif, Para pegawai yang diizinkan menciptakan dan melaksanakan rencana-rencana akan berusaha keras
14. Esprit de corps, Mendorong team spirit akan mmembangun keselarasan dan persatuan di dalam organisasi (dari sebuah sumber buku).
13. Inisiatif, Para pegawai yang diizinkan menciptakan dan melaksanakan rencana-rencana akan berusaha keras
14. Esprit de corps, Mendorong team spirit akan mmembangun keselarasan dan persatuan di dalam organisasi (dari sebuah sumber buku).
Ketrampilan
manajemen yang dibutuhkan
1.Keterampilan
konseptual (conceptional skill)
2.Keterampilan
berhubungan dengan orang lain (humanity
skill)
3.Keterampilan
teknis (technical skill)
4.Keterampilan
manajemen waktu
5.Keterampilan
membuat keputusan
Sebab keberhasilan
dan kegagalan organisasi
1. Kurangnya
kehandalan SDM dan tidak kompeten dalam manajerial serta kurangnya pengalaman
ketika menjalankan strategi perusahaan. Strategi baik yang dibuat tidak dapat
dilaksanakan tanpa adanya kompetensi dalam manajerial. Menempatkan orang-orang
yang tidak kompeten di tempat yang sangat strategis akan memperburuk jalannya
usaha. Kompetensi dalam manajerial sangat membantu keberhasilan perusahaan
karena meletakan orang-orang yang sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat
bekerja karyawan akan mempermudah usaha dan strategi perusahaan untuk
dilaksanakan.
2. Kurangnya
pemahaman bidang usaha yang diambil karena tidak dapat memvisualisasikan dengan
jelas usaha yang akan digeluti. Seorang wirausahawan apabila tidak dapat
mendeskripsikan dan memvisualisakan bentuk usaha yang digeluti mengantar pada
kehancuran usaha. Pemaham bisnis atau bidang usaha yang diambil secara
kontekstual dan riel sangat membantu arah, tujuan, misi, dan visi perusahaan.
Kejelasan bidang usaha yang telah ditentukan sangat membantu dan mempermudah
mengambil kebijakan manajerial dan strategi yang dibuat.
3. Kurangnya
kehandalan pengelolaan administrasi dan keuangan (modal dan kendali kredit).
Pengelolaan adminsitrasi dan keuangan yang apa adanya akan mempersulit majunya
perusahaan. Pencatatan adminsitrasi dan keuangan secara sembarang akan semakin
memperburuk kondisi usaha karena tidak dapat membaca transaksi dan aktivitas
yang telah terjadi. Aktivitas yang telah dilalui seperti pembayaran
utang-piutang, jumlah pesanan, jadwal kirim, proses produksi, dll akan tidak dapat
terselelsaiak dengan baik. Penangana modal dan kreditdari bank atau swasta
apabila tidak dicatat pengeluaran dan alokasi penggunaannya akan semakin
memperburuk kondisi keuangan. Alangkah baiknya dalam melakukan aktivitas selalu
berpedoman “Segala yang telah dikerjakan harus dicatat dan segala yang tercatat
harus dapat dikerjakan dengan baik” sehingga perusahaan yang menggunakan
prinsip tersebut dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
4. Gagal
dalam perencanaan. Kegagalan dalam menerapkan rencana biasanya karena rencana
yang telah dibuat berdasarkan pengalaman orang lain atau sebuah idealis yang
belum pernah diaplikasikan. Kegagalan ini terjadi karena tidak tahu sama seklai
kondisi atau medan usaha yang digelutinya. Faktor-faktor yang mendukung
kegagalan dalam melaksanakan atau menerapkan rencana adalah dari dalam diri
sendiri.
5. Tempat
usaha dan lokasi yang kurang memadai. Tempat usaha dan lokasi sangat menentukan
kelancaran bisnis yang digeluti. Salah memilih, membangun, atau membuka tempat
usaha yang harapnnya dapat memperbesar usaha justru kandas karena kesalahan
tersebut. Tempat usaha seharusnya diperiksa dulu kelayakannya seperti budaya,
karakter, strata sosial, pendapatan, selera, kemanan masyarakat disekitarnya.
6. Kurangnyam
pemahaman dalam pengadaan, pemeliharaan, dan pengawasan bahan baku dan sarana
peralatan. Kemampuan dalam pengadaan, pemeliharaan, pengawasan bahan baku dan
peralatan yang dimiliki sangatlah penting. Karena apabila tidak memiliki
kemapuan dalam bidang ini akan membuat biaya operasioanal semakin tinggi dan
kerugian akan terjadi.
7. Ketidakmampuan
dalam melakukan peralihan/transisi perubahan teknologi. Seoranng yang
berwirausaha haruis berani melakukan perubahan dalam organisasinya. Salah satu
perubahan yang dapat membantunya adalah perubahan teknologi yang sedang
berkembang. Ketidakmampuan mengikuti perubahan teknologi tidak membuat
organisasi mati begitu saja tetapi pergerakan organisasinya berlahan-lahan
lambat dan berangsur-angsur ketinggalan dengan organisasi yang lain yang lebih
cepat menanggapi perubahan teknologi.
8. Hambatan
birokrasi. Birokrasi sangat membantu dalam kearsipan dan adminsitrasi
organisasi tetapi apabila birokrasi sangat lambat dan menghambat sama sekali
maka akan memperlambat laju kinerga organsiasi.
9. Keuntungan
yang tidak mencukupi. Keuntungan yang akan diperoleh dalam berwirausaha adalah
dasar motivasi ketika seseorang merencanakan bidang usaha. Akan tetapi
keuntungan yang diperolah di luar dari jangkau biaya yang telah dikeluarkan
atau perkiraan laba yang diperoleh sebelumnya akan mengakibatkan kelangsungan
usaha yang cepat berhenti. Motivasi karena bayangnan keuntungan yang diperoleh
sangat tinggi adalah sikap yang kurang objektif apabila belum mengetahui
kondisi lingkungan bisnis yang sebenarnya. Hal yanng paling penting sebelum
mnemproleh laba yang tinggi adalah cepat kembalinya modal awal yang digunakan
sebagai operasional awal.
10.Tidak adanya produk yang baru. Produk yang
telah dibuat dan berhasil memenangi pasar belum tentu akan bertahan lama karena
banyak kompetitor yang selalu melakukan inovasi maupun perbaikan produk mereka
untuk tampil di pasar. Pengusaha yang tidak pernah menampilkan produk baru yang
kreatif maupun inovatif akan mempercepat berhenti usahanya. Hal ini terjadi
karena tidak mampu bersaing oleh kompetitor yang telah mengeluarkan produk baru
dan mearik perhatian pasar.
REFERENSI :
ocw.gunadarma.ac.id/course/economics/management-s1/pengantar-bisnis/manajemen-dan-organisasi
tutorialkuliah.blogspot.com/2009/07/14-prinsip-organisasi-henry-fayol.html
http://teddywirawan.wordpress.com/2009/08/31/faktor-penyebab-keberhasilan-dan-kegagalan-berwirausaha/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar